Oleh: Muhammad Refi Syahputra
Tepat pada Rabu, 13 Maret 2024, atau 2 Ramadan 1445 Hijriah, Al-habib Hasan bin Ja’far Assegaf dipanggil oleh sang pencipta. Melalui akun resmi Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan dikabarkan meninggal dunia usai salat sunah duha dan usai melangsungkan pemeriksaan di rumah sakit Puri Cinere.
Berita duka cita ini lantas menyebar ke berbagai komunitas sampai majelis taklim melalui akun sosial medianya. Kepergian “Sang Cahaya Hati” itu menimbulkan kesedihan dan duka cita mendalam di banyak masyarakat.
Habib Sang Kekasih Allah, Kekasih Kita-kita
Kepedulian yang terpancar dari banyak pihak itu bukan tanpa alasan. Lantaran semasa hidupnya, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf tidak pernah iri dengki terhadap sesama dan selalu mengajarkan nilai-nilai keislaman yang dibawakan datuk beliau,Nabi Besar Muhammad Saw. Bahkan di tiap kesempatannya berceramah di majelis taklim, Habib Hasan selalu memberi nasihat bahwa “Orang baik mati, orang gak baik juga mati. Mendingan jadi orang baik, maka matinya juga baik”.
Sepeninggal Habib Hasan yang insha allah wafat dalam keadaan husnul khotimah, dan jugaHabib Hasan dipercaya wafat dalam keadaan sudah menjadinya wali Allah SWT. Suatu ketika, dengan mengutip penuturan gurunya, Habib Hasan pernah menyampaikan nasihat soal ciri kekasih Allah kepada muridnya.
“Jika engkau melihat orang itu meninggal dunia dan orang-orang berbondong-bondong mendatangi pemakamannya itu, saksikanlah bahwasanya orang yang meninggal tersebut adalah wali min aulia illah kekasihnya Allah SWT.”
Baca Juga: -Negara dengan Waktu Puasa Terlama -8 Tokoh Penting Ini Lahir dari Rahim HMI Cabang Ciputat
Dan, dalam pandangan penulis, ini juga menunjukkan bahwa Habibana merupakan kekasih kita juga; sebagai Cahaya penerang hati kita, yang kini pergi menghadap Ilahi.
Bukan saja kalangan muridnya yang merasakan kesedihan mendalam, tetapi semua kalangan masyarakat, terutama pemuda yang selalu mengikuti rekam jejak dakwahnya selama di Indonesia wa bil khusus Jakarta, juga larut dalam duka yang sama.
Bahkan di salah satu kesempatan, mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, ikut bertakziah ke Masjid Nurul Musthofa Center sambil mengenang Habib Hasan sebagai figur panutan yang mampu mengajak anak-anak muda untuk mencintai majelis ilmu dan sholawat. Satu hal yang tentu hari ini cukup sulit adalah mengajak anak-anak muda Jakarta menghadiri majelis taklim.
Di momen duka yang sama, Imam Al-habib Rizieq bin Husain bin Shihab beserta rombongannya turut bertakziah ke mendiang Habib Hasan bin Ja’far Assegaf di Masjid Nurul Musthofa Center Cilodong, Depok.
Rekam Jejak Perjuangan
Semasa hidupnya Habib Hasan dikenal amat mencintai ilmu. Tak heran jika saat Habibana sedang dilanda sakit pun, ia masih ingin menyempatkan diri untuk hadir dalam majelis ta’lim, bahkan meski menggunakan kursi roda sekali pun.
Di berbagai titik tempat dakwah, apa pun yang terjadi Habib Hasan tetap bersikukuh menjalankan dakwahnya, bahkan di saat cuaca tidak bersahabat pun, Habibana tetap istiqomah dalam berdakwah. Karena bagi Habib Hasan, hidupnya telah diwakafkan untuk berdakwah, “sekali pun nanti ke depannya guru-guru kita sudah tiada, kita tetap harus kibarkan bendera lailahaillallah muhammadur rasullullah”. Itulah nasihat Sang Habib yang disampaikan di masa sakitnya. Walaupun tengah sakit, Habib Hasan tidak pernah putus harapan dari rahmat Sang Khaliq, yang selalu memberikan harapan dan kebahagiaan untuk bisa terus berdakwah seperti sedia kala.
Di masa hidupnya, Habib Hasan juga lantang melakukan aksi pembelaan terhadap makam keramat Mbah Priok yang terancam digusur, sebagai aksi pembelaan kepada keluarga Al-habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad. Peristiwa itu terjadi di Tanjung Priok pada 14 April 2010 silam.
Bersama persatuan ulama Se-Jabodetabek, Habib Hasan mewakili ulama Jakarta Selatan kala itu terus-menerus membela sosok ulama terdahulu yang sudah memperjuangkan dan membela tanah air Indonesia. Keteguhan aksi tersebut turut mengundang masyarakat sekitar untuk bersatu dalam melawan kebijakan pemerintah daerah saat itu. Aksi tersebut merupakan bentuk penghormatan masyarakat terhadap peran dan sumbangsih ulama terdahulu (makam keramat) yang telah berjuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
Nasihat Habib Hasan tentang Istiqomah
Nasihat beliau yang tidak kalah penting ialah tentang istiqomah,
“Istiqomah itu penting, jangan sampai ditinggal itu istiqomah walaupun jaraknya jauh, walaupun sakit, susah, tetap istiqomah karena itu buat cahaya penerang kubur kita” ujarnya.
Nasihat itu menunjukkan apa pun yang tengah terjadi ke depannya, walaupun guru kita, mujahidin fii sabilillah–min aulia illah telah tiada, kita harus tetap istiqomah untuk menghadiri majelis-majelis ilmu-Nya sebagaimana yang pernah Habibana ajarkan kepada kita, “Di tempat mana pun ada pengajian, maka ngaji, jangan di sini ngaji (majelis taklim Nurul Musthofa) entar di kampung antum kagak ngaji, walaupun sebentaran tetap ngaji sampai Allah panggil kita…”
Itu semua Habib Hasan sampaikan semata-mata untuk mengajak umat Muslim terutama di Indonesia untuk cinta kepada baginda Nabi Muhammad Saw. dan selalu mengaharapkan ridha Allah SWT. Kita tidak boleh berputus asa akan rahmat-Nya yang begitu besar.
Dan, kini tidak ada satupun obat yang dapat menyembuhkan perihnya rasa sakit, kecuali hati yang percaya bahwa setiap yang ditetapkan Allah untuknya adalah yang terbaik. Selamat jalan, Habibana. Salamkan rindu kami kepada Datukmu, yaa Habibana Hasan bin Ja’far Assegaf.
*Anggota LAPMI HMI Ciputat
Editor: Dimas Fakhri BR